Cara Menentukan arah kiblat


Menghadap kiblat dalam shalat adalah syarat sah shalat. Para ulama telah sepakat akan masalah ini. Kewajiban menghadap kiblat ini adalah berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah dan ijma. Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah menegaskan bahwa tidak ada perselisihan pendapat dalam kewajiban menghadap kiblat

Jika anda hidup di wilayah indonesia dan sekitarnya, pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka’bah. Semakin jauh kita dari Ka’bah lencengan arah ini akan semakin besar. Jadi, sangat dianjurkan untuk setepat mungkin menentukan arah kiblat ini, baik bagi masjid dan mushola maupun ketika kita sholat di rumah atau kantor.

Untungnya menentukan arah kiblat bisa dengan berbagai cara. Disini penulis berikan du acara.

Pertama dengan melihat pergerakan arah matahari. Cara ini bahkan bisa lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan kompas yang sangat mudah terpengaruh dengan medan magnet di sekitarnya.

Dalam satu tahun masehi, matahari berada tepat di atas Ka’bah sebanyak dua kali setahun yaitu  pada tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Bagi yang di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli jam 16:27 WIB. Caranya dengan melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis arah kiblat.

Jadi, bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan lihat matahari (atau bayangannya).

Kedua dengan menggunakan program-program kompas arah kiblat. Program-program ini banyak tersedia di plystore. Jika Anda memiliki HP berbasis android, Anda bisa mengunduhnya dari plystore. Selamat mencoba

referensi:
Image: play.google.com



Kosmologi Shalat (4)


Manusia diberi berbagai keistimewaan oleh Sang Pencipta, Allah SWT, seperti satu-satunya makhluk yang  diciptakan langsung oleh kedua tangan Tuhan (khalaqtu bi yadayya) (QS Shad [38]: 75), makhluk-makhluk lain termasuk malaikat hanya diciptakan dengan satu tangan Tuhan (khalaqtu bi yadi).

Hanya kepada manusia berlaku konsep taskhir, yaitu penundukan segenap alam semesta kepadanya (wa sakhkhara lakum ma fis samawati wa ma fil ardli jami’an) (QS at-Jatsiyah [45]: 13).

Alquran menegaskan manusia makhluk paling sempurna di antara seluruh makhluk (laqad khalaqnal insan fi ahsani taqwim (QS at-Tin [95]: 4).
Namun demikian, keutamaan-keutamaan itu hendaknya tidak membuat manusia lupa diri dan semena-mena tanpa batas mengeksploitasi alam semesta di luar ambang batas daya dukungnya karena alam semesta paling taat dan paling ikhlas di dalam mendirikan shalat.

Makhluk makrokosmos tidak pernah mengusik pengabdian kepada Tuhannya dengan membanggakan diri  (istikbar), dengan mengunggulkan asal usul kejadiannya, sebagaimana dilakukan iblis.
“Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu  menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” (QS Shad [38]:74).

Makhluk makrokosmos juga tidak pernah mengangkat diri tinggi-tinggi (‘alin), dengan mengunggulkan prestasi spiritualnya, sebagaimana dilakukan Malaikat. “(Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman  kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’

Mereka berkata, ‘Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?’  Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS al-Baqarah [2]: 30).

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
http://www.republika.co.id


Doa Iftitah

Doa iftitah adalah doa yang dibaca pada waktu shalat setelah takbiratul ihram. Baik sholat wajib maupun sunnah. Membaca doa iftitah hukumnya sunnah.

Adapun bacaan doa iftitah yang masyhur dibaca setelah takbiratul ihram (rakaat pertama) sebelum surat al-fatihah, adalah:

Doa Iftitah Pertama



(Allahu akbar, kabirau walhamdu  lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin)

Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.

Doa Iftitah Kedua


Allaah-humma baa-‘id bai-nii wa bai-na kha-thaa-yaa-ya kamaa baa-‘ad-ta bai-nal masy-riqi wal magh-rib. Allaah-humma naqqi-nii min khathaa-yaa-ya kamaa yunaq-qats-tsaubul ab-ya-dlu minad danas. Allaah-hummagh-sil-nii min khathaa-yaa-ya bil maa-i wats-tsalji wal barad. (HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya: “Ya Allah jauhkanlah antara diriku dengan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat,Ya Allah bersihkanlah diriku dari segala kesalahan sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran,Ya Allah cucilah segala kesalahanku dengan air, salju, dan embun.”

Doa Iftitah Ketiga

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Subhaana-kallaah-humma wa biham-dika wa tabaa-rakas-muka wa ta-‘aa-laa jadduka wa laa-ilaaha ghai-ruk. (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al Albani).

Doa Iftitah Keempat

Seperti do’a iftitah di atas, tetapi dengan tambahan bacaan berikut:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ (ثَلاَثًا)  اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا (ثَلاَثًا)

Laa-ilaaha-illallaah (3 kali) allaahu akbar kabii-raa (3 kali).
Keterangan: Do’a iftitah ini dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat shalat malam. (HR. Abu Dauddan dishahihkan Al Albani).

Doa Iftitah Kelima

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

Allaahu akbar kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wa subhaa-nallaa-hi buk-rataw wa ashii-laa. (HR. Muslim)

Keterangan: Do’a iftitah ini dibaca oleh salah seorang sahabat ketika shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda: “Aku kagum dengan do’a ini. Pintu-pintu langit telah dibuka karena do’a ini.” Kata Ibn Umar: “Sejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian Saya tidak pernah meninggalkan do’a ini.” (HR. Muslim)

Doa Iftitah Keenam
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Al hamdu lil-laahi hamdan katsii-ran thayyi-ban mubaa-rakan fiih (HR. Muslim)
Keterangan: Do’a ini dibaca oleh salah seorang sahabat ketika shalat jamaah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku melihat 12 malaikat berlomba siapakah di antara mereka yang mengantarkannya (kepada Allah, pen.)) (HR. Muslim).

Doa Iftitah Ketujuh

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allaa-humma rabba jib-riila wa mii-kaa-iil wa israafiil. Faa-thiras samaa-waati wal ardl. ‘aali-mal ghai-bi was syahaa-dah. Anta tahkumu bai-na ‘ibaa-dik fii-maa kaa-nuu fiihi yakh-tali-fuun. Ihdi-nii limakh-tulifa fiihi minal haqqi bi-idznik. Innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraa-tim mustaqiim.

Do’a iftitah ini adalah do’a yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat malam.

Sumber:


Kosmologi Shalat (3)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Alkitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS al-An’am [6]:38). 

Pada ayat lain, “Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.” (QS ar-Rahman [55]:6).

Bahkan, makhluk yang selama ini dipersepsikan sebagai benda mati pun shalat. “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS al-Isra’ [17]:44).

Shalat bagi manusia selain berfungsi sebagai pernyataan kehambaan diri kepada Tuhan, juga untuk membantu mengendalikan diri mereka sebagai khalifah.

Pada bagian pertama dari artikel ini dijelaskan shalat sebagai bentuk persembahan khusus kepada Sang Khalik dari para makhluk-Nya, baik makhluk makrokosmos (alam semesta) maupun mikrokosmos (manusia).

Walaupun bentuk dan cara sholat mereka masing-masing berbeda satu sama lain namun intinya shalat mereka merupakan ekspresi penghambaan diri terhadap Sang Khaliq yang sekaligus sebagai Tuhannya.

Manusia sebagai makhluk mikrokosmos, selain kapasitasnya sebagai hamba, juga  diamanati tugas ganda sebagai khalifah, yakni representatif Tuhan di dalam mengelola alam ini.

Karena itu, shalat bagi manusia selain berfungsi sebagai pernyataan kehambaan diri kepada Tuhan, juga untuk membantu  mengendalikan diri mereka sebagai khalifah di jagat raya (khalaif al-ardh).

Hal ini ditegaskan di dalam Alquran surah al-‘Ankabut ayat 45, “Sesungguhnya shalat mencegah kepada keburukan dan kemungkaran.”

Allah SWT juga menjamin orang-orang yang rajin menunaikan shalat akan berdampak positif di dalam penampilannya, yaitu ada bekas sujud tercermin di wajahnya (simahum fi wujuhihim min atsaris sujud) (QS al-Fath [48]: 29).

Dalam Alquran juga disebutkan shalat berpengaruh penting untuk mewujudkan kesadaran dan konsentrasi manusia (aqimis shalata li dzikri) (QS Thaha [20]:14), bahkan shalat menghadirkan ketenangan jiwa (ala bi dzikrillah tathmainnul qulub) (QS  ar-Ra’d [13]:28).

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
http://www.republika.co.id