Abu
Hurairah ra. bercerita, dalam hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi telah berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka
Kunyatakan perang padanya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri
pada-Ku dengan sesuatu yang Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan
kepadanya. Dan hamba-Ku itu masih tetap mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah sehingga
Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi
pendegarannya yang dia pergunakan untuk mendengar, pandangannya yang dia
pergunakan untuk memandang, tanganya yang dia pergunakan untuk menyerang, dan kakinya
yang dia pergunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku pasti akan
Aku kabulkan, dan jika memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti akan melingdungi.
Dan aku tak pernah ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan, keraguanku pada
jiwa seorang mukmin yang membenci kematian dan Aku tidak suka menyakitinya. (HR
Bukhari).
Hadits
Qudsi diatas menyebutkan bahwa kecintaan kepada Allah pada seorang hamba itu
akan terwujud berbarengan dengan upaya seorang hamba untuk senantiasa
mengerjakan kewajiban-kewajibannya. Sementara keabadian cinta itu akan terwujud
dengan upaya mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunat yang dikerjakan
setelah menunaikan kewajiban-kewajiban.
Dari Abdullah bin Amru bin
Al Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata : Rasulullah shallallahu
‘laihi wa sallam bersabda :” Sesungguhnya puasa yang paling dicintai
oleh Allah adalah puasa Dawud. Dan shalat yang paling disukai Allah adalah
shalatnya Dawud, dia tidur disetengah malam lalu bangun disepertiga malam dan
tidur lagi di seperenam malam. Dia berpuasa pada satu hari dan berbuka pada
hari berikutnya.”(HR. Bukhari dan Muslim).
sumber: buku Panduan Sholat. Dr. Sa'id bin Ali