Ada beberapa waktu yang dilarang shalat di dalamnya,
baik larangan tersebut terhitung sebagai haram atau makruh. Karenanya setiap
muslim wajib mengetahui waktu-waktu tersebut sehingga dia tidak shalat pada
waktu-waktu yang dilarang.
Secara ringkas, waktu-waktu yang dilarang shalat di
dalamnya ada tiga. Yaitu:
- Setelah shalat shubuh sehingga matahari naik setinggi tombak.
- Setelah shalat Ashar sehingga matahari terbenam.
- Ketika matahari di tengah-tengah sehingga tergelincir ke barat.
Dan kalau dirinci dan diperluas maka ada lima. Yaitu:
- Setelah shubuh sampai terbitnya matahari.
- Setelah ‘Ashar sampai matahari menguning (hamper tenggelam).
- Ketika matahari di tengah-tengah sampai bertegelincir (± 10 menit sebelum adzan)
- Sejak terbitnya matahari sampai naik setinggi tombak (± 12 menit sebelum adzan)
- Sejak menguningnya matahari sehingga benar-benar tenggelam.
Waktu-waktu terlarang di atas didasarkan kepada beberapa
dalil berikut ini:
- Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu 'anhuma,
ia berkata, “Beberapa orang yang aku percaya dan dipercaya oleh Umar bersaksi
bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam melarang shalat setelah
Shubuh sehingga matahari terbit dan sesudah ‘Ashar sehingga matahari
tenggelam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
- Hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu
'anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada shalat sesudah Shubuh hingga matahari meninggi dan tidak ada shalat
sesudah ‘Ashar hingga matahari tenggelam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Hadits Ibnu Umar radhiyallaahu
'anhuma, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Apabila terbit
matahari, maka akhirkan shalat sehingga matahari meninggi. Dan apabila matahari
mulai tenggelam sehingga benar-benar menghilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Hadits ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallaahu 'anhu,
ia berkata: “Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam melarang kami
mengerjakan shalat atau menguburkan mayat kami pada tiga waktu: Ketika matahari
terbit hingga naik, saat tengah hari sehingga matahari tergelincir, dan ketika
matahari akan tenggelam sehingga tenggelam.” (HR. Muslim)
Alasan dari larangan
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menjelaskan
alasan dilarangnya shalat pada waktu-waktu tersebut berdasarkan sabdanya kepada
Amr bin ‘Abasah al-Sulami:
“Kerjakan shalat Shubuh, kemudian jangan kerjakan
shalat hingga matahari terbit dan meninggi. Karena (saat itu) matahari terbit
di antara dua tanduk syetan dan saat itu pula orang-orang kafir bersujud
kepadanya. Setelah itu silahkan mengerjakan shalat (sunnah) karena shalat itu
disaksikan dan dihadiri (oleh Malaikat) sehingga bayangan tegak lurus (tengah
hari). (Saat itu) jangan kerjakan shalat, karena neraka sedang dinyalakan. Jika
bayangan telah condong, silahkan kerjakan shalat karena shalat disaksikan dan dihadiri
(oleh Malaikat) sehingga engkau mengerjakan shalat ‘Ashar. Sesudah itu
janganlah engkau mengerjakan shalat hingga matahari terbenam. Sesungguhnya
matahari terbenam di antara dua tanduk syetan dan ketika itu orang-orang kafir
bersujud kepadanya.” (HR. Muslim)
Hukum shalat di dalamnya
Pada waktu-waktu tersebut, apakah sama sekali tidak
boleh mengerjakan shalat? Menurut Syaikh Abdurrahman al-Sahim dalam tulisan
beliau, Al-Shalatu fi Auqat al-Nahyi, pada saat sesudah Shubuh dan sesudah
'Ashar dibolehkan shalat-shalat yang memiliki sebab. Sedangkan untuk shalat
sunnah rawatib tidak dibolehkan kecuali untuk melaksanakan shalat sunnah Fajar.
Sedangkan pada ketiga waktu –pada saat matahari terbit,
tenggelam, dan di tengah-tengah- sama sekali tidak boleh kecuali shalat tengah
hari pada hari Jum’at. Karena pada saat itu dianjurkan untuk mengerjakan shalat
sunnah mutlak sebelum dilangsungkannya shalat Jum’at hingga imam keluar (untuk
naik mimbar).
Larangan pada ketiga waktu tersebut lebih ketat karena
waktu-waktu tersebut sangat sempit atau sebentar. Shalat di dalamnya menyerupai
ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik yang menyembah matahari. Wallhu
a’lam.
Oleh: Badrul Tamam
Di www.voa-islam.com